Om Swastyastu Blog ini bisa dibuka di Twitter,Facebook,Youtube,Google+ dan lain sebagainya,... PURA RANGET: pura suranadi

Rabu, 29 Juli 2015

pura suranadi




BAB I

PENDAHULUAN



1.1.  Latar Belakang

 Pura umumnya memiliki kelekatan hubungan dengan para pemujanya dan tempatnya berada, demikian pula dengan latar belakang sejarah pendiriannya. Pemuja yang memiliki kepentingan terutama untuk memenuhi kebutuhan batin, maka pura dapat dianggap sebagai obat, pemberi kesegaran, dan ketenangan bati. Wilayah yang menjadi tempat keberadaan pura merupakan tanah yang suci, sehingga pemujanya merasakan aroma kesucian yang dapat membersihkan pikiran dan tindakan yang kurang terarah. Selain itu wilayah keberadaan pura dapat menubuhkan kecintaan dan penghargaan terhadap bumi tempat berpijak sebagai ibu pertiwi. Pura dari sisi lain sebagai saksi sejarah akan eksisnya sebuah kepercayaan, sehingga ada kesan semakin panjang sejarahnya, apalagi orang – orang suci dan orang yang terpengaruh yang terlibat didalamnya, maka membut kesakralaannya menjadi bertuah asalkan tetap dilestarikan oleh umat dari masa ke masa

Menurut Wiana (2009:7)Pura sebagai tempat pemujaan merupakan symbol untuk mendorong umat Hindu berbakti kepada Tuhan, demikian pula kualitas kehidupan dapat meningkat bagaimana pemujaan kepada Tuhan dapat mendorong dirinya mau berkorban untuk membangun nilai – nilai kemanusian dan memelihara alam lingkungan. Dengan kata lain untuk membangun kehidupan social yang dinamis dan harmonis.



1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa yang di maksud dengan pura?

2.      Bagaimana sejarah berdirinya pura suranadi (panca tirta) dan berapa jumlah pelinggih yang ada di pura tersebut?

3.      Bagaimana tata upacara pujawalinya?



1.3         Tujuan Penelitian

1.      Mengetahui dan memahami sejarah berdirinya pura suranadi (panca tirta)

2.      Mengetahui jumlah pelinggih

3.      Mengetahui tata upacara pujawali   

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pura

 Istilah pura dengan pengertian sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Hindu khususnya di Bali. Tampaknya  berasal dari jaman yang tidak begitu tua. Pada mulanya istilah pura berasal dari bahasa sanskerta itu berarti kota atau benteng yang sekarang berubah arti menjadi tempat pemujaan Hyang Widhi. Sebelum di pergunakan kata pura untuk menamai tempat suci /tempat pemijaan dipergunakan kata Khayangan atau Hyang. Pada jaman Bali kuna dan merupakan data tertua kita di Bali, ada disebutkan di dalam prasasti Sukawana A 1tahun 882M. kata Hyang berarti tempat suci atau tempat berhubungan dengan kebutuhan 

 Jadi dapat dikatakan bahwa pura merupakan tempat suci Agama Hindu yang digunakan untuk tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan segala manifestasi – Nya serta Atman Sidda Dewata (roh suci leluhur)














B.Struktur Pura

1.1 Struktur pura ulon

Pura ulon disebut pula pura Gaduh, berada disebelah timur dan tempatnya disebelah timur badan jalan raya, dan berbatasan dengan kawasan hutan lindung Taman Wisata Alam disebelah utara dan sebelah timur pura. Pura ini menghadap kea rah barat, dengan tiga buah pintu masuk, yaitu:dua buah bebetelan dan satu buah kori agung. Mata air patirthan dan mata air panglukatan terdapat diutama mandala pura.  Beberapa palinggih utama, bangunan pendukung lainnya, serta fsilitas pendukung upacara didalamnya adalah sebagai berikut. (1). Palinggih Bhatare Gede Gunung Renjani, (2). Palinggih Padmasana, (3). Palinggih ngerurah, (4). Kemalik/Palinggih Betara Gede lingsar /palinggih Bhatara Ayu Mas Melanting, (5). Gedong penyimpenan, (6). Padma patirthan, (7). Padma panglukatan, (8). Bale pengaruman, (9). Bale banten, (10). Bale pawedan, (11). Bale pemangku, (12). Bale pesadekan. Di bagian kanistan mandala terdapat dua buah bale gong, bale kul – kul dan wantilan.
Palinggih utama yang menjadi cici utama pura Ulon yaitu palinggih Bhatara Gede Gunung Renjaniyang telah di pugar prtama kali tahun 1720 M oleh kerajaan karang asem dan di puput perande sakti Abah. Kontruksi bangunan utama pada yang berubah yaitu pembangunan padmasana, adanyan jumlah bangunan tambahan padma, diding/penyengker dan ornamentasi yang menghiasi sekeliling pelinggih. Kontruksi bangunan paliggih Bhatara Gede Gunung Rinjani ter tera pada gambar berikut ini.


Palinggih Bhatara Gede Gunung Rijani berada di atas bataran bertangga Sembilan, yang di pipit oleh palingguh padmasana dan palinggih ngerurah. Memiliki ketinggian empat meter, dengan konstrukturnya terdiri atas dasar, badan dan puncak. Bagian dasar berbentuk segi empat terbuat dari bata dan pasir semen yang di cetak dengan hiasan dua buah ekor naga sebagai bibir tangga, serta beberapa hiasan lainnya. Bagia badan terdiri atas kayu bertiang enam dan atapnya berbentuk limas dan kseluruhan warnanya berwarna hitam, yang menyimbolkan Dewa Visnu, sebagaimana di ketahui bahwa wujud beliau sebagai air dan pemelihara. Demikian pula dengan hutan Suranadi adalah sebagai pusat mata air yang jumlahnya sangat banyak (Perande Gede Nyoman Sebali Kenatan wawancara tanggal 23 november 2010).

Palinggih Bhatara Gede lingsar atau palinggih Bhatara Ayu Mas Melanting atau sebagai palinggih kemalik (bagi umat wetu telu) di pura ulon dengan kontruksi bangunan tertera pada gambar berikut ini.


   Bentuk bangunan pada dewasa ini menyerupai palinggih gedong yang puncaknya berupa alter segi empat. Ukuran bangunan sepanjang dua meter, lebar dua meter dan tinggi tiga meter, denga dasar berupa bataran agak lebar. Pada atas bagian badan terdapat altar berbentuk empat persegi da di atasnya terdapat dua buah tawulan (batu lonjong berdiri). Tawulan sebagai pratima itu di bungkus dengan masing – masing kain kuning dan putih. Kontruksi puncaknya berupa kerangka berbentuk limas dengan atap dari genteng.bagian dasarnya berupa teras yang telah di keramik biasanya sebagai tempat sesajen (bagi penganut wetu telu).

1.2    Struktur Pura Majapahit

Pura majapahit merupakan pura yang berposisi di tengan Hutan Taman Wisata, yaitu tempatnya d sebelah timur badan jalan raya masuk ke tengah hutan dan berlokasi 50 meter di sebelah utara Pura Ulon. Pura majapahit

merupakan pura yang ukurannya paling kecil di antara empat sebaran Pura Suranadi ini. Struktur pura Majapahit seprti tertera pada gambar foto di bawah ini.



Temple is a temple majapahit positioned amid Forest Park, where d is east of the 
highway agency into the woods and located 50 meters to the north 
of Temple Ulon.Pura majapahit temple whose size is the smallest of
 the four distribution Suranadi this temple.Majapahit temple structure bleak picture shown in
 the figure below.

 Letak pura menghadap kearah selatan dan posisinya di kelilingi oleh HUtan Taman Wisata. pura ini terdiri atas palinggih Bhatara Sakti Waurauh /palinggih bhatara majapahit ,palinggih ngerurah dan bale banten. Nama pelinggih eratkaitannya dengan penghormatan atas jasa Dang Hyang Dwijendra yang telah melaksanakan dharmayatra di suranadi ini. Sumber mata air yang sangat kecil terdapat di luar pura (jaba sisi).

 Palinggih batara sakti waurauh berbentuk gedong, dengan dasar berupa bataran persegi panjang satu meter kali satu setengah meter dengan tinggi 80 cm. badan berupa kayu bertiang enam setinggi 120 cm dengan altar berbentuk gedong terbuka yang di cat berwarna hitam. Atapnya sangat sederhana berbahan seng, walaupun demikian tetap dapet di benarkan asalkan model dan bentuknya sesuai dengan yang di yakini masyarakat setempat. Pura majapahhit terletak di tengah Hutan Taman Wisata jadi halamanya terbatas, walaupun demikian kawasan di sekitar pura merupakan wilayah yang di gunakan untuk aktivitas upacara. Kawasan jaba sisi pura ini, merupakan wilayah yang statusnya masih menjadi sengketa, karena sampai saat ini belum dapat di berikan untuk membuat dinding pemisah dengan, melainkan hanyan di berikan untuk menggunakan untuk upacara saja




1.3. Struktur Pura Pangentas

           Pura pangentas teretak di seberang jalan dan beberapa meter kearah barat daya dari PuraUlon, dengan ukuran luas yang lebih besar dari pada pura Majapahit. Pura ini terdiri atas dua halaman ( dwi mandala) yaitu utama mandala dan kanistan mandala. Letak pura berada bersebelahan dengan penginapan /hotel, walaupun demkian susunan ketenangan dan kenyamanannya cukup kondusif dan tidak menggangu. Gambar srtuktur palinggih pangentas seperti yang tertera pada foto yang di bawah ini.
Srtuktur pura terdiri atas :utama mandala yang di dalamnya terdat palinggih padma, palinggih ngrurah, padma toye tabah, bale banten, mata air pangentas dan mata air tabah /panebak. Pada bagian kanistan mandala terdapat bale pakemitan, dan kolam mandi sakral. Fungsi  pura ini yaitu sebagai tempat untuk mengambil tirta untuk upacara pitra yadnya terutama toye pangentas dan toye tabah, oleh karena itu bangunan palinggih utamanya hanya dua buah. Kontruksi bangunan palinggih madya terdapat rong (ruang) tempat menyimpan pratima (yaitu tawulan /batu lonjong berdiri , sedangkan bagian puncaknya sedangkan altarnya berbentuk singgasana. Peratima berupa tawulan adalah merupakan salah satu ciri khas palinggih – palinggih yang ada di pura suranadi. Mata air toya pangentas terletak di tengah – tenganh utama mandala pura, sedangkan muaranyan terletak di bagian kanistan mandala berupa kolam untuk permandian sakral. Kolam ini sering di pergunakan untuk membersihkan diri dari penyakit bagiorang yang mempercayainya. Mata air toya tabah terletak dibagian utara utama mandala,di mana aliran air yang muncul agak sedikit atau lambat sehingga menyerupai telaga yang airnya dangkal. Menurut I Nengah Segara (wawancara tanggal 4 oktober 2011 penyebab mata air toya tabah sangat dangkal akibat pembangunan hotel di sebelah timur Pura Pangentas.



1.4   Struktur Pura Pembersihan

Pura pembersihan terletak kurang lebih 200 meter kearah barat daya Pura Ulon. Di pura ini hanya terdapat satu sumber mata air yaitu mata air pembersihan. Struktur pura pembersihan.

     Beberapa palinggih yang terdapat di bagian utama mandala sebagai berikut: (1). Palinggih padmasari, (2). Palinggih ngrurah, (3). Palinggih tepasana/punggel, (4). Kemalik/palinggih bhatara gede lingsar, (5). Gedong penyimpenan, (6). Bale banten, (7). Bale pwedaan , (8). Bale pemangku. Pada madya mandala terdapat dua buah bale pakemitan. Mata air pembersihan bermuara pada sebuah tempat untuk mandi sakral di sebelah selatan pura pembersihan yang di batasi oleh pagar permanen. Di sebelah barat lokasi permandian sakral terdapat kolam untuk perandian umum.



Bangunan palinggih yang menjadi cirri khas /keunikan pura pembersihan adalah kemalik. Menurut artinya kata kemalik berarti benda – benda yang di kramatkan atau tempat – tempat yang di keramatkan (lukman, 2005: 15). Beberapa pndapat tentang kemalik sebagai media yang sangat sederhana dapaty berbeda – beda menurut Sastrodirwiryo  (2008:160) kemalik di perkirakan ada sejak Dang Hyang Dwi jendra di  Lombok di prkirakan tahun 1530 M. walaupun sebelumnya masyarakat sasak baru beberapa puluh tahun mengenal Agama Islam.

Palinggih kemalik pada dewasa ini berbentuk mempunyai rumah sederhana bertianh empat, tetapi bagian depan dan sampingnya terbuka, bagian puncak segi empat dan beratap seng bangunan tersebut terbuat dari bata yang di pelester dengan tiang beton sehingga membentuk bagian rumah atau kuburan keramat. Ukuran bangunan dengan panjang empat meter, lebar tiga meter, dan tingginya tiga meter. Pada bagian badan terdapat altar setinggi tujuh puluh senti meter ddan di atasnya terdapat beberapa buah tawulan (batu lonjong berdiri). Bagian dasar berupa teras yang agak luas ruangannya, di mana biasanya tempat sesajen (bagi yang menganut wetu telu). Menurut Anonim (1977: 79) bahwa keadaan kemalik di sebabkan karena  orang – orang sasak telah lama memiliki keyakinan anisme dan dinanisme. Di sebutkan lebih jauh lagi bahwa kemalik – kemalik itu dulunya terdapat di seluruh desa pulau Lombok. Walaupun setelah itu dating agama Hindu Siwa Duda yang di bawa oleh utusan kerajaan dari balidan kerajaan Majapahit. Sisilan keturunan Kerajaan Majapahit merupakan cikal bakal raja – raja di Lombok. Dari breberapa argumentasai di atas maka manurut penulis hemat penulis, keberadaan kemalik merupakan warisan dalam megalithikum. masyarakat sasak telah memiliki  keyakinan animism dan dinanisme sejak jaman purba. Sehingga warga yang meyakini weyu telu masih menggunakan kemalik sebagai tempat yang di keramatkan sampai sekarang, apalagi dahulinya banyak di temukan kemalik pada hamper setiap desa.

Agama islam yang di bawa sunan Prapen tergolong aliran sufi yang di ajarkan pada sekitar tahun 1500 M kepada orang – orang sasak. Sunan prapen keturunan dari Sunan Giri,salah seorang Agama Islam di jawa. Pada sekitar tahun 1640 M salah seorang pengikut SSUnan Kalijaga brnama Sunan Pangging mengajarkan islam sufi yaitu sinkretisme antara antara animism/pantheisme, Hindi danislam (sastrodiwiryo, 2008: 184). Penomena mistik dari percmpuran itu dapat di terima secara sukarela oleh penduduk Lombok. Lama – kelamaan ajaran ini berkembang menjadi wetu telu (anonym, 1977: 15). Bagi penganut wetu telu yang di puja pada kemalik adalah roh – roh suci leleuhur yang langsung dapat memberikan perlindungan, memberikan keselamatan emberikan petunjuk dan mengabulkan permohonan untuk memproleh itu maka terlebih dahulu membersihkan rohani mereka dengan menggunakan air dari mata air patirtan dan panglukatan.

Bagi umat Hindu yang di npuja pada kemalik adalah Bhatara Gede Lingsar, di mana pemujaan Batara Gede Lingsar berkaitan dengan pemujaan pada beliau sebagai penguasa mata air patirtan. Menurut Kartodiharjo (1989) bahwa media pemujaan berbentuk tugu dari batu yang berfungsi sebagai tanda peringatan untuk memuja roh nenek moyang dalam istilah akeologi di sebut dengan menhir.

Selain prpses social yang menglami prtumbuhan seperti uraian tersebut di atas maka dalam agama hindu mempedomani keberadaan seluruh bangunan pura supaya supaya tidak menyalahi aturan tidak terlepas dari konsep dharma sidhi artha yaitu:iksa, shakti, desa, kala, dan takwa. Maksud dari kelima dasar itu yaitu agar penerapan Dharma itu berhasil maka boleh di sesuaikan dengan cita – cita seseorang atau kelompok  (iksaha), Kemampuan (shakti), aturan setempat (desa), waktu(kala), dan tidak bertentangan dengan hakekat kebenaran atau tatwa (Wiana, 2009: 11-12)



C.Betuk Prosesi Upacara Pujawali

Rangkaian mulai dari awal sampai penutup upacara pujawali di laksanakan di laksanakan sepuluh hari pada purnama saseh kelima. Rangkaian itu dapat di kelompokkan ke dalam delapan tahap (Prande Gede Jelantik Dwije Putra wawancara tanggal 5 oktober 2011 dan I Gusti Nyoman Oke tanggal 7 oktober 2011



2.1. Upacara nuhur Ida Bhatara di Gunung Rinjani

 Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.000 mdpl merupakan gunung tertinggi di pulau Lombok. Di bawah puncak Gunung terdapat Danau Segara Anak, di mana tempat melaksanakan upacara nuhur Ida Batara. Pelaksanaan menuju Gunung Rinjani di nlaksanakan pada hari ke enam sebelum puncak Upacara (pujawali), tempatnya sore hari pukul 16:00 waktu setempat. Sesampainya d Danau Segara Anak barulah di laksanakan upacara tersebut. Banten yang di gunakan untuk nuhur Ida Bhatara di bawa dari Pura Suranadi ke Gunung Rinjani yaitu: pejatian, canang bulat wangi, canang bebaos, canang genten, krik karmas, buhu dan tehenan. Banten tersebut akan di haturkan pada masing – masing palinggih yang di buat untuk keprluan upacara di Tepi Danau Segara Anak




2.2. Upacara Tabuh Rah

 upacara tabuh rah merupakan salah satu rangkaian acara bhuta yadnya dengan cara mempersembahkan darah ayam (sata) di mandala (halaman) pura. Pelaksanaan tabuh rah di pura suranadi di laksanakan di lokasi tri mandala pura, dengan cara memotong ayam kemudian darahnya di cecehkan di jaba sisi,jaba tengah dan jeroan halaman pura. Upacra ini di laksanakan pada dua hari sebelum puncak acara (pujawali), dan di lakukan upacara tabuh rah pada empat pura yaitu: Pura Ulon, Pura Majapahit, Pura Pangentas, Pura Pembersiahan.



2.3. Upacara nyanggra Ida Bhatara di Pura majapahit

upacara nuhur Ide Bhatara di Gunung Rinjani telah selesai di laksanakan, maka pemedek kemudian kembali ke Suranadi untuk melaksanakan upacara berikutnya. Setelah pulang dari Gunung Rinjani yang menghabiskan waktu perjalanan beberapa hari maka barulh menuju Pura Suranadi untuk selanjutnya melaksanakan upacara nyanggra Ida Bhataran, di mana tirta upakara yang di bawa dari Gunung Rinjani itu kemudian di stanakan di Pura Majapahit.

Banten yang di gunakan pada upacara ini yaitu: bayuan panca phala, sedah penyapa, rayunan, canang burat wangi, dan canag genten semuanya ini mungguh di palingguh Majapahit. Banten peras daksina di letakkan pada arepan beleganjur. Upacara ini di lakukan dua hari sebelum ouncak acara (pujawali) pada pukul 16:00 waktu setempat



2.4. Upaca Penyucian Pratima

Suatu hari sebelum puncak acara (pujawali) pada pukul 08.00 waktu setempat, di lakukan upacara nyucian pratima bagi pura majapahit, pura Ulon, Pengentas dan pembersihan. Sebagai penangghung jawab acara penyucian pratima ini adalah banjar yang tugasnya mengempon masing – pura yang di pimpin oleh pemangku.

Banten dan sarana yang di haturakan untuk di Pura Majapahit yaiyu:pejatian, canang bulat wangi, canang genten, canang pembaos, toya pentucian (toya cendana, toya segara, toya kumkuman, toya jeruk, toya nyuh gading), muncuk ambengan, krik karmas, banten dan sarana lainnya.

Banten yang di haturkan di pura pangentas yaitu: pejatian, canang bulat wangi, canang genten, canang bebaos , toya penyucian (toya cendana, toya segara, toya kumkuman, toya jeruk, toya nyuh gading), muncuk ambengan, krik karmas, banten dan sarana lainya.

Banten dan sarana yang di haturkan untuk nyucian pratima di pura pembersihan yaitu: toya cendana, toya segara, toya kumkuman, toya jeruk, toya nyuh gading), muncuk ambengan, krik karmas, banten, buhu, tigasan, dan solasan di haturrkan di bale banten  dan sarana lainnya.



2.5. Upacara mendak Ida Bhatara

upacara mendak Ida Bhatara di laksanakan pukul 13:00 waktu setempat yaitu sehari sebelum pujawali. Upacara ini di lakukan, dengan ngamedalan Bhatara tirta pada masing – masing pura, kemudian di naikkan di atas jempana dan semuanya di arak keliling oleh semua banjar yang mengamong pura.

Banten yang di gunakan dan di bawa pada waktu mendak dsn katuran pada saat tibanya akan ngadegan Ida Bhatara, yaitu:bayuhan panca phala, ketipat kelanan, sanganan jauman, canang burat wangi, ayunan alit, canang lenga wangi, dan canang genten.banten yang di haturkan bias setibanya mendak Ida Bhatara, yaitu: segehan agung, pitik selem mulus, rujak miyeh, solasan, basokan, tetabuhan,(arak, tuak, berem dan kelungah nyuh gading ). Banten ini akan di haturkan di arepan candi.



2.6. Upacara ngadegan Ida Bhatara

pukul 14:00 waktu setempat pada satu hari sebelum puncak acara (pujawali), di laksanakan upacara ngadegan Ide Bhatara di masing – masing pura, yaitu: pua Majapahit, Ulon Pangentas, pembersihan dan di pura Ulon upacaranya dipimpin oleh seorang Sulinggih dan beberapa pemangku, sedangkan penanggung jawab adalah banjar yang di tujuk waktu itu.



2.7.  Puncak Upacara Pujawali

pada hari purnama sasih kalima pukul 06:00 waktu setempat, sebelum upacara pujawali di masing – masing pura di laksanakan upacara nanginin.

(1). Puja wali di pura Majapahit

Pujawali di awali dengan melngkapi sarana dan palinggih pendukung lainnya . pada pukul 07:00 puncak acara yaitu purnama sasih kalmadi awali dengan ngunggahan banten pada masing – tempat yang di tentukan. Piodalan di pura Pangentas di pimpin oleh seorang sulinggih yang di laksanakan pada pukul 08:00 waktu setempat. Klompok banjar yang di tugaskan sebanyak tiga banjar yaitu: banjar Gumang, banjar Karya Dharma, banjar Kerta Tunggal Dharma

(2).  Pujawali di Pura pangentas

Pujawali di lengkapi dengan sarana upakara baik di palinggih utama maupun palinggih pendukung lainnya. Pada pukul 07:00 hari puncak acarayaitu purnama sasih kalima di awali dengan ngunggahan banten pada masing – tempat yang di tentukan. Piodalan di pura Pangentas di pimpin oleh seorang sulinggih yang di laksanakan pada pukul 09:00 waktu setempat. Klompok banjar yang di tugaskan sebanyak tiga banjar yaitu: banjar Lempuyang ,banjar Satya Dharma, dan banjar Suka Karya.

(3). Pujawali di Pura Pembersihan

Pujawali di lengkapi dengan sarana upakara baik di palinggih utama maupun palinggih pendukung lainnya. Pada pukul 07:00 hari puncak acarayaitu purnama sasih kalima di awali dengan ngunggahan banten pada masing – tempat yang di tentukan. Piodalan di pura Pangentas di pimpin oleh seorang sulinggih yang di laksanakan pada pukul 10:00 waktu setempat. Klompok banjar yang di tugaskan sebanyak tiga banjar yaitu: banjar Patus dan banjar Mua Desa

(4). Pujawali di Pura Ulon

Pujawali di lengkapi dengan sarana upakara baik di palinggih utama maupun palinggih pendukung lainnya. Pada pukul 07:00 hari puncak acarayaitu purnama sasih kalima di awali dengan ngunggahan banten pada masing – tempat yang di tentukan. Piodalan di pura Pangentas di pimpin oleh seorang sulinggih Budha  dan Siwa yang di laksanakan pada pukul 16:00 waktu setempat. Klompok banjar yang di tugaskan sebanyak tiga banjar yaitu: banjar Sidha karya Suranadi, banjar Sidha Karya Pemunut, banjar Tresan Karya dan banjar Sila Dharma Pemunut.



2.8. Upacara Nyejer dan Ngelukar       

(1). Upacara Nyejer di Pura Majapahit

Upacara Nyejer di lakukan tepat satu dan dua hari setelah puncak upacara (pujawali). Upacara di pimpin oleh pemangku yang di tunjuk setelah lengkapnya sarana upacara. Menghaturkan banten pejatian dan canang hanya pada palinggih pasimpangan Bhatara Majapahit mulai di lakukan pagi hari pukul 06:00 waktu setempat, baik pada hari pertama dan kedua setelah pujawali

Upacara ngelukar di laksanakan tiga hari setelah pujawali . upacara di laksanakan pukul 15:00 waktu setempat setelah lengkapnya sarana upacara dengan di pimpin oleh pemangku yag telah di tunjuk. Menghaturkan banten pada masing – masing palinggih mulai di lakukan pukul 15:00 waktu setempat

(2).   Upacara Nyejer dan Ngelukar di Pura Pengentas

Upacara Nyejer di lakukan tepat satu dan dua hari setelah puncak upacara (pujawali). Upacara di pimpin oleh pemangku yang di tunjuk setelah lengkapnya sarana upacara. Menghaturkan banten pejatian dan canang hanya pada palinggih pasimpangan Bhatara Pangentas mulai di lakukan pagi hari pukul 06:00 waktu setempat, baik pada hari pertama dan kedua setelah pujawali

Upacara ngelukar di laksanakan tiga hari setelah pujawali . upacara di laksanakan pukul 15:00 waktu setempat setelah lengkapnya sarana upacara dengan di pimpin oleh pemangku yag telah di tunjuk. Menghaturkan banten pada masing – masing palinggih mulai di lakukan pukul 15:00 waktu setempat.

(3). Upacara Nyejer dan Ngelukar di Pura Pabersihan

Upacara Nyejer di lakukan tepat satu dan dua hari setelah puncak upacara (pujawali). Upacara di pimpin oleh pemangku yang di tunjuk setelah lengkapnya sarana upacara. Menghaturkan banten pejatian dan canang hanya pada palinggih pasimpangan Bhatara Pambersihan mulai di lakukan pagi hari pukul 06:00 waktu setempat, baik pada hari pertama dan kedua setelah pujawali.

Upacara ngelukar di laksanakan tiga hari setelah pujawali . upacara di laksanakan pukul 15:00 waktu setempat setelah lengkapnya sarana upacara dengan di pimpin oleh pemangku yag telah di tunjuk. Menghaturkan banten pada masing – masing palinggih mulai di lakukan pukul 15:00 waktu setempat.

(4).  Upacara Nyejer dan Ngelukar di Pura Ulon

Upacara Nyejer di lakukan tepat satu dan dua hari setelah puncak upacara (pujawali). Upacara di pimpin oleh pemangku yang di tunjuk setelah lengkapnya sarana upacara. Menghaturkan banten pejatian dan canang hanya pada palinggih pasimpangan Bhatara Ulon mulai di lakukan pagi hari pukul 06:00 waktu setempat, baik pada hari pertama dan kedua setelah pujawali.

Upacara ngelukar di laksanakan tiga hari setelah pujawali . upacara di laksanakan pukul 15:00 waktu setempat setelah lengkapnya sarana upacara dengan di pimpin oleh pemangku yag telah di tunjuk. Menghaturkan banten pada masing – masing palinggih mulai di lakukan pukul 15:00 waktu setempat. Sebagai penanggung jawab (pangempon) dalam pelaksanaan Pujawali Pura Suranadi maka kelompok banjar Suranadi membagi tugas untuk mengempon masing – masing Pura, antara lain Pura Ulon, Pura Majapahit, Pura Pangentas dan Pura Pembersihan. Dan jumlah banjar di Desa Suranadi ada dua belas sehingga harus di bagi menjadi empat kelompok untuk mengurus Masing –masing Pura.


2.7. Pengmpon Pura Suranadi

Sebagai penanggung jawah (pengempon) dalam pelaksanaan upacara pujawali Pura Suranadi maka kelompok banjar di Desa Suranadi membagi tugas untuk mengempon masing – masing pura, antara lain: pura Ulon, Pura Majapahit, Pura Pangentas dan Pura Pambersihan jumlah banjar yang ada di Desa Suranadi ada dua belas banjar dan harus di bagi menjadi empat kelompok untuk mengurus masing – masing Pura.     

Selama upacara Pujawali berlangsung maka yang di beri tanggung jawab pada Pura Ulon yaitu:Sidha Karya Suranadi, banjar Sidha Karya Pemunut, banjar tresna karya ,dan banjar Sila Dharma pemunut. Pura Majapahit Yaitu: banjar Gumang, banjar Karya Dharma, banjar Kerta Tunggal Dharma. Dan Pura Pangentas dan Pembersihan diberikan tanggung jawab kepada warga dan banjar Patus, dan banjar Mua Desa.

Perilaku ini mencerminkan manusia telah memakai situasi yang di hubungkan dengan peristiwa sebelumnya (murva daksina), yaitu iring – iringan yang berlawanan arah. Suatu fakta tidak dengan sendirinya bias berjalan jika tidak ada yang mendukung seperti banjar atau pengempon.




BAB III

PENUTUP



3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas mengenai pura Suranadi ( panca tirtah ) maka dapat di simpulkan bahwa di perkirakan sejarah berdirinya pura ini sekitar tahun 1720 – 1946  yang dipugar pada masa pemerintahan Karang Asem dari sanalah pelinggih-pelinggih ini didirikan seperti Pura Ulon, Majapahit,Pengentas, pembersihan, dan palinggih pendukung lainya

3.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat kami berikan dari penulisan makalah ini adalah :

*      Dengan adanya makalah ini, diharapkan masyarakan generasi muda berperan aktif dalam menjaga Pura Suranadi sebagai tempat persembahyangan.

*      Di arapkan keaktifan masyarakat dalam mencari tau segalahl yang berkaitan dengan pura suranadi, karena makalah ini sipatnya terbatas. Selain itu jga , pura ini merupakan salah satu warisan budaya dan sekali gus sebagai saksi sejarah.

*      Menjaga kesucian Pura, seperti tidak melakukan perbuatan yang menyimpan yang  dapat mencemarkan kesucian Pura.




DAFTAR PUSTAKA




W W W. GOOGLE.COM:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar