Di Bali yang kental akan nuansa adat
dan budaya, tentu saja memiliki banyak filosofi didalamnya. Bali yang
dikenal juga dengan nama seribu Pura. Pura adalah tempat suci umat Hindu
di Bali yang digunakan sebagai tempat persembahyangan. Tentu saja
ketika persembahyangan akan dilakukan yang perlu dipersiapkan dari segi
sarana sembahyang, dan pakaian, yang merupakan suatu simbol kita
benar-benar ada persiapan yang begitu dalam untuk memuja Beliau (Ida
Hyang Widhi Wasa). Seiring berjalannya waktu, mode, dan tren globalisasi
yang banyak memberikan perubahan, memberikan
imbas juga kepada cara berpakaian adat ke pura di Bali, terutama cara
berpakaian anak muda yang mengikuti saja arus yang sedang tren. Memang
cara berpakaian adalah kebebasan berkreasi dari masing-masing individu
tapi perlu diketahui, apa sebenarnya makna dari pakaian adat ke pura ?
- Pakaian adat Bali haruslah sopan, beretika, dan mencerminkan kedamaian.
- Terbagi atas 3 bagian
a. Atas : Kepala (Dewa)
Untuk putra mengenakan
udeng, dan wanita rambutnya diikat rapi. Di bagian kepala yang kerap
diistilahkan Prabu, adalah tempat bersemayamnya Dewa. Akal, Pikiran,
serta awal dari semua perbuatan yang diberkati oleh Hyang Widhi. Awalnya
agar adanya keseragaman PHDI (Parisadha Hindu Darma Indonesia)
menetapkan udeng untuk ke pura haruslah berwarna Putih agar menciptakan
kesan kejernihan pikiran dan kedamaian pikiran. Serta ujung udeng, atau
muncuk udeng harus lurus keatas. Mengapa? Karena itu simbol sang pemakai
memantapkan sang pemakai berfikir lurus, memuja Yang Diatas. Tapi
simbol penting itu sekarang mulai bergeser dengan berbagai variasi
(mereng ke-kiri atau ke-kanan, hehe).
b. Tengah : Dada-Pinggang (Manusa)
Melambangkan manusia
itu sendiri. Maksudnya pakaian yang layak pakai, nyaman. Yang bisa
membuat sang penggunanya kushuk saat bersembahyang. Disarankan lagi yang
berwarna Putih.
c. Bawah : Pinggang-Ujung (Bhuta)
Bhuta atau raksasa yang
menempati alam bawah, simbol keburukan yang tidak akan pernah lepas
dari diri manusia. Umumnya dikenakan Kamen atau kain yang membalut dari
pinggang sampai kaki. Yang perlu diperhatikan adalah ikatan selendang
yang mengikat pinggang, haruslah kuat karena simbol bhuta tidak akan
bisa memasuki tubuh manusia keatas apalagi ke dewa.
Demikian yang dapat saya sampaikan dari apa yang saya dengar ketika ceramah.
Demikian yang dapat saya sampaikan dari apa yang saya dengar ketika ceramah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar