Om Swastyastu Blog ini bisa dibuka di Twitter,Facebook,Youtube,Google+ dan lain sebagainya,... PURA RANGET: Makna Pakaian Adat Ke Pura

Selasa, 28 Juli 2015

Makna Pakaian Adat Ke Pura

Di Bali yang kental akan nuansa adat dan budaya, tentu saja memiliki banyak filosofi didalamnya. Bali yang dikenal juga dengan nama seribu Pura. Pura adalah tempat suci umat Hindu di Bali yang digunakan sebagai tempat persembahyangan. Tentu saja ketika persembahyangan akan dilakukan yang perlu dipersiapkan dari segi sarana sembahyang, dan pakaian, yang merupakan suatu simbol kita benar-benar ada persiapan yang begitu dalam untuk memuja Beliau (Ida Hyang Widhi Wasa). Seiring berjalannya waktu, mode, dan tren globalisasi yang banyak memberikan perubahan, memberikan imbas juga kepada cara berpakaian adat ke pura di Bali, terutama cara berpakaian anak muda yang mengikuti saja arus yang sedang tren. Memang cara berpakaian adalah kebebasan berkreasi dari masing-masing individu tapi perlu diketahui, apa sebenarnya makna dari pakaian adat ke pura ?
  1. Pakaian adat Bali haruslah sopan, beretika, dan mencerminkan kedamaian.
  2. Terbagi atas 3 bagian
a.    Atas : Kepala (Dewa)
Untuk putra mengenakan udeng, dan wanita rambutnya diikat rapi. Di bagian kepala yang kerap diistilahkan Prabu, adalah tempat bersemayamnya Dewa. Akal, Pikiran, serta awal dari semua perbuatan yang diberkati oleh Hyang Widhi. Awalnya agar adanya keseragaman PHDI (Parisadha Hindu Darma Indonesia) menetapkan udeng untuk ke pura haruslah berwarna Putih agar menciptakan kesan kejernihan pikiran dan kedamaian pikiran. Serta ujung udeng, atau muncuk udeng harus lurus keatas. Mengapa? Karena itu simbol sang pemakai memantapkan sang pemakai berfikir lurus, memuja Yang Diatas. Tapi simbol penting itu sekarang mulai bergeser dengan berbagai variasi (mereng ke-kiri atau ke-kanan, hehe).
b.    Tengah : Dada-Pinggang (Manusa)
Melambangkan manusia itu sendiri. Maksudnya pakaian yang layak pakai, nyaman. Yang bisa membuat sang penggunanya kushuk saat bersembahyang. Disarankan lagi yang berwarna Putih.
c.    Bawah : Pinggang-Ujung (Bhuta)
Bhuta atau raksasa yang menempati alam bawah, simbol keburukan yang tidak akan pernah lepas dari diri manusia. Umumnya dikenakan Kamen atau kain yang membalut dari pinggang sampai kaki. Yang perlu diperhatikan adalah ikatan selendang yang mengikat pinggang, haruslah kuat karena simbol bhuta tidak akan bisa memasuki tubuh manusia keatas apalagi ke dewa.
Demikian yang dapat saya sampaikan dari apa yang saya dengar ketika ceramah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar