Agama
Hindu adalah agama yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa, yang
diturunkan ke dunia melalui Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta kepada
para Maha Resi untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia di dunia.
Ada tiga kerangka dasar yang membentuk
ajaran agama Hindu, ketiga kerangka tersebut sering juga disebut tiga
aspek agama Hindu. Ketiga kerangka dasar itu antara lain :
- Tattwa, yaitu pengetahuan tentang filsafat agama
- Susila, yaitu pengetahuan tentang sopan santun, tata krama
- Upacara, yaitu pengetahuan tentang yajna, upacara agama
Di dalam ajaran Tattwa di dalamnya diajarkan tentang “Sradha“ atau
kepercayaan. Sradha dalam agama Hindu jumlahnya ada lima yang disebut
“Panca Sradha“, yaitu terdiri dari:
1. Brahman (Percaya akan adanya Hyang Widhi)
Hyang Widhi adalah yang menakdirkan, maha
kuasa, dan pencipta semua yang ada. Kita percaya bahwa beliau ada,
meresap di semua tempat dan mengatasi semuanya “ Wyapi Wyapaka Nirwikara
“
Di dalam kitab Brahman Sutra dinyatakan “ Jan Ma Dhyasya Yatah “
artinya Hyang Widhi adalah asal mula dari semua yang ada di alam semesta
ini. Dari pengertian tersebut bahwa Hyang Widhi adalah asal dari segala
yang ada. Kata ini diartikan semua ciptaan, yaitu alam semesta beserta
isinya termasuk Dewa – dewa dan lain – lainnya berasal dan ada di dalam
Hyang Widhi. Tidak ada sesuatu di luar diri beliau. Penciptaan dan
peleburan adalah kekuasaan beliau.
Agama Hindu mengajarkan bahwa Hyang Widhi Esa adanya tidak ada
duanya. Hal ini dinyatakan dalam beberapa kitab Weda antara lain :
- Dalam Chandogya Upanishad dinyatakan : “Om tat Sat Ekam Ewa Adwityam Brahman” artinya Hyang Widhi hanya satu tak ada duanya dan maha sempurna
- Dalam mantram Tri Sandhya tersebut kata-kata: “Eko Narayanad na Dwityo Sti Kscit“ artinya hanya satu Hyang Widhi dipanggil Narayana, sama sekali tidak ada duanya.
- Dalam Kitab Suci Reg Weda disebutkan “Om Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti“ artinya Hyang Widhi itu hanya satu, tetapi para arif bijaksana menyebut dengan berbagai nama.
- Dalam kekawin Sutasoma dinyatakan : “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa” artinya berbeda-beda tetapi satu, tak ada Hyang Widhi yang ke dua.
Dengan pernyataan-pernyataan di atas
sangat jelas, umat Hindu bukan menganut Politheisme, melainkan mengakui
dan percaya adanya satu Hyang Widhi. Hindu sangat lengkap, dan
fleksibel. Tuhan dalam Hindu di insafi dalam 3 aspek utama, yaitu
Brahman (Yang tidak terpikirkan), Paramaatma (Berada dimana-mana dan
meresapi segalanya), dan Bhagavan (berwujud)
2. Atman (Percaya akan adanya Sang Hyang Atma)
Atma berasal dari Hyang Widhi yang
memberikan hidup kepada semua mahluk. Atma atau Sang Hyang Atma disebut
pula Sang Hyang Urip. Manusia, hewan dan tumbuhan adalah mahluk hidup
yang terjadi dari dua unsur yaitu badan dan atma. Badan adalah kebendaan
yang terbentuk dari lima unsur kasar yaitu Panca Maha Butha. Di dalam
badan melekat indria yang jumlahnya sepuluh (Dasa Indria). Atma adalah
yang menghidupkan mahluk itu sendiri, sering juga disebut badan halus .
atma yang menghidupkan badan manusia disebut “ Jiwatman “
Badan dengan atma ini bagaikan hubungan Kusir dengan Kereta. Kusir
adalah atma, dan kereta adalah badan. Indria yang ada pada badan kita
tidak akan ada fungsinya apabila tidak ada atma. Misalnya, mata tidak
dapat digunakan untuk pengelihatan jika tidak dijiwai oleh atma. Telinga
tidak dapat digunakan untuk pendengaran jika tidak dijiwai oleh atma.
Atma yang berasal dari Hyang Widhi mempunyai sifat “ Antarjyotih “
(bersinar tidak ada yang menyinari, tanpa awal dan tanpa akhir, dan
sempurna). Dalm kitab Bhagadgita disebut sifat-sifat atma sebagai
berikut :
1. Achodyhya artinya tak terlukai oleh senjata
2. Adahya artinya tak terbakar oleh api
3. Akledya artinya tak terkeringkan oleh angin
4. Acesyah artinya tak terbasah oleh air
5. Nitya artinya abadi, kekal
6. Sarwagatah artinya ada dimana-mana
7. Sthanu artinya tak berpindah-pindah
8. Acala artinya tak bergerak
9. Sanatana artinya selalu sama
10. Adyakta artinya tak terlahirkan
11. Achintya artinya tak terpikirkan
12. Awikara artinya tak berjenis kelamin
Jelaslah atma itu sifatnya sempurna. Tetapi pertemuan antara atma
dengan badan yang kemudian menimbulkan ciptaan menyebabkan atma dalam
keadaan “ Awidhya “. Awidhya artinya gelap lupa kepada kesadaran .
Awidhya muncul karena pengaruh unsur panca maha butha yang mempunyai
sifat duniawi. Sehingga dalam hidup ini atma dalam diri manusia di dalam
keadaan awidhya.
Dalam keadaan seperti ini kita hidup kedunia bertujuan untuk
menghilangkan awidhya untuk meraih kesadaran yang sejati dengan cara
melaksanakan Subha karma. Menyadari sifat atma yang serba sempurna dan
penuh kesucian menimbulkan usaha untuk menghilangkan pengaruh awidhya
tadi. Karena apabila manusia meninggal kelak hanya badan yang rusak,
sedangkan atmanya tetap ada kembali akan mengalami kelahiran berulang
dengan membawa “Karma Wasana“ (bekas hasil perbuatan). Oleh karena itu,
manusia lahir kedunia harus berbuat baik atas dasar pengabdian untuk
membebaskan Sang Hyang Atma dari ikatan duniawi. Sesungguhnya jika tidak
ada pengaruh duniawi Hyang Widhi dan Atma itu adalah tunggal adanya
(Brahman Atman Aikyam)
3. Karma (Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala)
Setiap perbuatan yang kita lakukan di
dunia ini baik atau buruk akan memberikan hasil. Tidak ada perbuatan
sekecil apapun yang luput dari hasil atau pahala, langsung maupun tidak
langsung pahala itu pasti akan datang.
Kita percaya bahwa perbuatan yang baik atau Subha karma membawa hasil
yang menyenangkan atau baik. Sebaliknya perbuatan yang buruk atau
Asubha karma akan membawa hasil yang duka atau tidak baik.
Perbuatan – perbuatan buruk atau Asubha karma menyebabkan Atma jatuh
ke Neraka, dimana ia mengalami segala macam siksaan. Bila hasil
perbuatan jahat itu sudah habis terderita, maka ia akan menjelma kembali
ke dunia sebagai binatang atau manusia sengsara (Neraka Syuta). Namun,
bila perbuatan – perbuatan yang dilakukan baik maka berbagai kebahagiaan
hidup akan dinikmati di sorga. Dan bila hasil dari perbuatan=perbuatan
baik itu sudah habis dinikmati, kelak menjelma kembali ke dunia sebagai
orang yang bahagia dengan mudah ia mendapatkan pengetahuan yang utama.
Jika dilihat dari sudut waktu, Karma phala dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
- Sancita karma phala
Adalah hasil dari perbuatan kita dalam
kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih
yang menentukan kehidupan kita sekarang. Bila karma kita pada kehidupan
yang terdahulu baik, maka kehidupan kita sekarang akan baik pula
(senang, sejahtera, bahagia). Sebaliknya bila perbuatan kita terdahulu
buruk maka kehidupan kita yang sekarang inipun akan buruk ( selalu
menderita, susah, dan sengsara)
- Prarabda karma phala
Adalah hasil dari perbuatan kita pada
kehidupan sekarang ini tanpa ada sisanya, sewaktu masih hidup telah
dapat memetik hasilnya, atas karma yang dibuat sekarang. Sekarang
menanam kebijaksanaan dan kebajikan pada orang lain dan seketika itu
atau beberapa waktu kemudian dalam hidupnya akan menerima pahala, berupa
kebahagiaan. Sebaliknya sekarang berbuat dosa, maka dalm hidup ini
dirasakan dan diterima hasilnya berupa penderitaan akibat dari dosa itu.
Prarabda karma phala dapat diartikan sebagai karma phala cepat.
- Kriyamana karma phala
Adalah pahala dari perbuatan yang tidak
dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat berbuat. Tetapi, akibat
dari perbuatan pada kehidupan sekarang akan dan di terima pada kehidupan
yang akan datang, setelah orangnya mengalami proses kematian serta
pahalanya pada kelahiran berikutnya. Apabila karma pada kehidupan yang
sekarang baik maka pahala pada kehidupan berikutnya adalah hidup
bahagia, dan apabila karma pada kehidupan sekarang buruk maka pahala
yang kelak diterima berupa kesengsaraan.
Tegasnya cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang atau nanti,
segala pahala dari perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan
hukum. Kita tidak dapat menghindari hasil perbuatan kita itu baik atau
buruk. Maka kita selaku manusia yang dilengkapi dengan bekal kemampuan
berpikir, patutlah sadar bahwa penderitaan dapat diatasi dengan memilih
perbuatan baik. Manusia dapat berbuat atau menolong dirinya dari keadaan
sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungannya dapat
menjelma menjadi manusia.
4. Samsara (Percaya dengan adanya kehidupan kembali)
Samsara disebut juga Punarbhawa yang
artinya lahir kembali ke dunia secara berulang-ulang. Kelahiran kembali
ini terjadi karena adanya atma masih diliputi oleh keinginan dan kemauan
yang berhubungan dengan keduniawian.
Kelahiran dan hidup ini sesungguhnya adalah sengsara, sebagai hukuman
yang diakibatkan oleh perbuatan atau karma di masa kelahiran yang
lampau. Jangka pembebasan diri dari samsara, tergantung pada perbuatan
baik kita yang lampau (atita) yang akan datang (nagata) dan sekarang
(wartamana).
Pembebasan dari samsara berarti mencapai penyempurnaan atma dan
mencapai moksa yang dapat dicapai di dunia ini juga. Pengalaman
kehidupan samsara ini dialami oleh Dewi Amba dalam cerita Mahabharata
yang lahir menjadi Sri Kandi.
Selanjutnya keyakinan adanya Punarbhawa ini akan menimbulkan tindakan sebagai berikut :
- Pitra Yadnya
Yaitu memberikan korban suci terhadap leluhur kita, karena kita percaya leluhur itu masih hidup di dunia ini yang lebih halus.
- Pelaksanaan dana Punya (amal saleh), karena perbuatan ini membawa kebahagiaan setelah meninggal.
- Berusaha menghindari semua perbuatan buruk karena jika tidak, akan membawa ke alam neraka atau menglami kehidupan yang lebih buruk lagi.
5. Moksa (Percaya dengan adanya kebahagiaan rokhani)
Moksa berarti kebebasan. Kamoksan berarti
kebebasan yaitu bebas dari pengaruh ikatan duniawi, bebas dari karma
phala, bebas dari samsara, dan lenyap dalam kebahagiaan yang tiada tara.
Karena telah lenyap dan tidak mengalami lagi hukum karma, samsara, maka
alam kamoksam itu telah bebas dari urusan – urusan kehidupan duniawi,
tidak mengalami kelahiran lagi ditandai oleh kebaktian yang suci dan
berada pada alam Parama Siwa.
Alm moksa sesungguhnya bisa juga dicapai semasa masih kita hidup di
dunia ini, keadaan bebas di alam kehidupam ini disebut Jiwan Mukti atau
moksa semasa masih hidup.
Moksa sering juga diartikan berstunya kembali atma dengan Parama Atma
di alam Parama Siwa. Dialam ini tiada kesengsaraan, yang ada hanya
kebahagiaan yang sulit dirasakan dalam kehidupan di dunia ini ( Sukha
tan pawali Duhka ).
Syarat utama untuk mencapai alam moksa ini ialah berbhakti pada
dharma, berbhakti dengan pikiran suci. Kesucian pikiran adalah jalan
utama untuk mendapatkan anugrah utama dari Sang Hyang Widhi Wasa. Hal
ini dapat dibandingkan dengan besi yang bersih dari karatan, maka dengan
mudah dapat ditarik oleh magnet. Tetapi besi itu kotor penuh dengan
karatan maka sangat sukar dapat ditarik oleh magnet.
Moksa merupakan tujuan akhir yang harus diraih oleh setiap orang
menurut ajaran agama Hindu. Tujuan tersebut dinyatakan dengan kalimat “
Mokharatam Jagadhita ya ca iti Dharma “.
Moksa sebagai tujuan akhir dapat dicapai melalui empat jalan yang disebut Catur Marga yang terdiri dari :
1. Bhakti Marga (jalan Bhakti)
2. Karma Marga (jalan Perbuatan)
3. Jnana Marga (Jalan Ilmu Pengetahuan)
4. Raja Marga (Jalan Yoga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar